+++ ARJUNA +++: November 2011
SELAMAT DATANG DI BLOGKU " ARJUNA"

tulisan arjun

Senin, 14 November 2011

statistika


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.    Latar belakang

Disadari atau tidak, statistika telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pemerintah menggunakan statistika untuk menilai hasil pembangunan masa lalu dan juga untuk membuat rencana masa datang. Pemimpin mengambil manfaat dari kegunaan statistika untuk melakukan tindakan-tindakan  yang perlu dalam menjalankan tugasnya.

Secara etimologis kata "statistik" berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) atau kata staat (bahasa Belanda), dan yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi negara. Pada mulanya, kata "statistik" diartika sebagai "kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara. Namun, pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi pada "kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif)" saja; bahan keterangan yang tidak berwujud angka (data kualitatif) tidak lagi disebut statistik.

Dalam kamus bahasa Inggris akan kita jumpai kata statistics dan kata statistic. Kedua kata itu mempunyai arti yang berbeda. Kata statistics artinya "ilmu statistik", sedang kata statistic diartika sebagai "ukuran yang diperoleh atau berasal dari sampel," yaitu sebagai lawan dari kata "parameter" yang berarti "ukuran yang diperoleh atau berasal dari populasi".

Ahli statistik H.G.Wells yang hidup pada tahun 1800 -an mengatakan “Berfikir secara statistika suatu saat akan menjadi suatu kemampuan atau keahlian yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang efisien seperti halnya kebutuhan manusia untuk membaca dan menulis” (Suharyadi dan Purwanto S.K dalam buku Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern).

Statistik adalah kumpulan data, bilangan maupun non bilangan yang disusun dalam tabel / diagram yang melukiskan suatu persoalan. Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan / penganalisaannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan analisa yang dilakukan.

Statistika dibagi 2 kelompok yaitu deskriptif dan inferensia. Statistika deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna sedangkan statistika inferensia yaitu metode yang berhubungan dengan analisa sebagian data untuk kemudian sampai pada peramalan / penarikan kesimpulan tentang seluruh gugus data induknya.

Salah satu pembahasan yang ada di statistika yaitu data yang sudah dikelompokkan. Sama halnya dengan statistika, data yang dikelompokkan juga sangat berguna bagi kehidupan kita.Data yang sudah dikelompokkan merupakan data – data yang sudah dimasukkan ke table frekuensi. Hal ini harus dilakukan dengan baik, cermat, teliti, hati-hati, mengikuti cara-cara dan teori yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Makalah ini dibuat untuk memberitahukan materi tentang  ukuran gejala pusat data dikelompokan. Dalam makalah ini memberitahukan bagaimana cara menghitung sebuah data yang sudah dikelompokan secara terperinci.

1.2.    Tahap-tahap dalam statistik

1.2.1.      Mengidentifikasi persoalan.
1.2.2.      Pengumpulan fakta-fakta yang ada.
1.2.3.      Mengumpulkan data asli yang baru.
1.2.4.      Klasifikasi data.
1.2.5.      Penyajian data.
1.2.6.      Analisa data.


1.3.    Rumusan masalah

1.3.1.      Pengertian data yang sudah dikelompokkan ?
1.3.2.      Ukuran Pemusatan Data Statistic Deskriptif.
1.3.3.      Pengertian Mead, Median, modus, Fraktil, kuartil, Desil, dan Persentil.
1.3.4.      Pengertian Ukuran Variasi, dan Penyimpangan.
1.3.5.      Apa saja yang termasuk dalam Penyimpangan dan pengertiannya.
1.3.6.      Bagaimana menentukan suatu ukuran pemusatan untuk data dikelompokkan?

1.4.    Tujuan

Disamping tujuan untuk memenuhi syarat nilai UAS untuk mata kuliah statistika, makalah ini juga dibuat untuk memberitahukan cara menghitung ukuran gejala pusat data dikelompokan secara terperinci seperti;
1.4.1.      Mengetahui pengertian data yang dikelompokkan.
1.4.2.      Mengetahui ukuran pemusatan data statistic deskriptif.
1.4.3.      Mengetahui mead,median,modus,fraktil,kuartil dan persentil.
1.4.4.      Mengetahui pengertian ukuran variansi dan penyimpangan.
1.4.5.      Dapat menentukan ukuran penyebaran untuk data yang dikelompokan.

1.5.    Batasan Masalah

1.5.1.      Data-data yang dikelompokkan.
1.5.2.      Ukuran pemusatan data yang dikelompokkan.
1.5.3.      Jenis – jenis ukuran pemusatan data yang dikelompokkan.
1.5.4.      Ukuran variansi dan penyimpangan.




BAB II
LANDASAN TEORI

 

2.1  Data yang sudah dikelompokkan
2.1.1        Pengertian data yang sudah dikelompokkan
Data yang dikelompokkan adalah data yang sudah disusun ke dalam sebuah distribusi frekuensi sehingga data tersebut mempunyai interval kelas yang jelas, mempunyai titik tengah kelas sedangkan data yang tidak dikelompokkan adalah data yang tidak disusun ke dalam distribusi frekuensi sehingga tidak mempunyai interval kelas dan titik tengah kelas.
Rata-Rata hitung (Mead), Median, Modus dan fraktil sama-sama merupakan ukuran pemusatan data yang termasuk kedalam analisis statistika deskriptif. Namun, ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing dalam menerangkan suatu ukuran pemusatan data. Untuk tahu kegunaannya masing-masing dan kapan kita mempergunakannya, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian analisis statistika deskriptif dan ukuran pemusatan data.

2.2   Ukuran Pemusatan data statistic deskriptif
2.2.1        Mean (Rata-Rata Hitung)
Dalam istilah sehari – hari, Mean (Rata-Rata Hitung) dikenal dengan sebutan angka rata – rata.Rata –Rata Hitung (Mean) adalah total semua data dibagi jumlah data atau Nilai yang membagi gugus data yang telah tersortir (ascending) menjadi 2 bagian yang sama besar.Rata –Rata Hitung (Mean) digunakan ketika data yang kita miliki memiliki sebaran normal atau mendekati normal (berbentuk setangkup, nilai yang paling banyak berada ditengah dan makin besar semakin sedikit, makin kecil makin sedikit pula, nilai-nilai ekstrim yang besar maupun yang kecil hampir tidak ada).

Adapun Kelebihan Mean (Rata-Rata Hitung ) dan kekurangannya.
·         Dapat digunakan untuk menghitung rata-rata dari data yang mempunyai nilai merata atau yang mempunyai nilai dengan sebaran nilai yang relatif kecil.
·         Tidak dapat digunakan untuk menghitung rata-rata dari suatu DF terbuka.
·         Tidak dapat dipakai untuk menghitung rata-rata dari data kualitatif.
·         Tidak dapat digunakan untuk kelompok data yang mempunyai data ekstrim.
·         Data yang digunakan adalah data yang mempunyai skala pengukuran interval atau rasio.
·         Harganya unik atau hanya mempunyai satu nilai.
Adapun perumusan dari Mean (Rata-Rata Hitung) adalah;
 f=frekuensi                          m=titik tengah
·         Cara Pendek
 dengan Xi = Nilai Tengah Kelas
·         Cara Panjang
Digunakan untuk mempermudah perhitungan. Caranya:
·         Membuat transformasi di salah satu kelas = 0. Dengan cara:
Bisa diambil pada nilai frekuensi yang terbesar. Atau
·         Ci adalah interval kelas
·         X0 adalah titik tengah kelas dimana ui = 0
Contoh
Cara pendek ;
Cara panjang;

2.2.2        Median (Nilai Tengah)
Ukuran pemusatan yang menempati posisi tengah jika data diurutkan menurut besarnya. Median adalah nilai yang berada ditengah-tengah data setelah diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar. Median cocok digunakan bila data yang kita miliki tidak menyebar normal atau memiliki nilai yang berbeda-beda secara signifikan.
Untuk perumusan Median (Nilai Tengah)

                        Adapun Kelebihan Median (Nilai Tengah) dan kekurangannya.
·         Dapat digunakan untuk menghitung rata-rata dari data yang mempunyai nilai.
·         Dapat digunakan untuk menghitung rata-rata dari suatu DF terbuka atau tertutup.
·         Dapat dipakai untuk menghitung rata-rata dari data kualitatif.

Kelas Median  didapatkan  dengan membandingkan Letak Median dengan Frekuensi Kumulatif

Median            =         TBB Kelas Median + i
atau


Median            =         TBA Kelas Median - i

di mana :         TBB    : Tepi Batas Bawah
                          s         : selisih antara Letak Median dengan Frekuensi Kumulatif 
  sebelum kelas Median    
                        TBA    : Tepi Batas Atas
s’      : selisih antara Frekuensi Kumulatif sampai kelas Median   
           dengan Letak Median          
     i      : interval kelas
                           f M    : Frekuensi kelas Median

Contoh :                                                          Kelas Median
Kelas

Frekuensi
Frek. Kumulatif
16 – 23
10
10
24 – 31
17
27
32 – 39
7
34
40 – 47
10
44
48 – 55
3
47
56 – 63
3
50
S
50
----

Letak Median =  =  = 25
interval = i = 8

Median = Data ke-25 terletak di kelas 24-31
 \Kelas Median = 24 - 31
TBB Kelas Median = 23.5      dan      TBA KelasMedian = 31.5
f M = 17
Frek. Kumulatif sebelum Kelas Median = 10 ®        s  = 25 - 10 = 15
Frek. Kumulatif sampai Kelas Median = 27   ®        s’ = 27 - 25 = 2
Median            =          TBB Kelas Median + i
=          23.5 + 8 
=          23.5 +  8 (0.8823...) 
=          23.5 + 7.0588...
=          30.5588... » 30.6
 Median           =          TBA Kelas Median - i
=          31.5 - 8  
=          31.5 - 8 (0.1176...)
=          31.5 - 0.9411..
=          30.5588... » 30.6



2.2.3        Modus (Data Yang Sering Muncul)

Modus adalah suatu angka atau bilangan yang paling sering terjadi / muncul tetapi kalo pada data distribusi frekuensi interval modus terletak pada frekuensi yang paling besar.


Adapun Kelebihan Modus (Data yang sering muncul) dan Kekurangannya
·         Dapat digunakan untuk menghitung rata-rata dari data yang menunjukkan keadaan yang ‘merajalela’
·         Dapat digunakan untuk data yang mempunyai skala pengukuran minimal adalah nominal
Perumusan untuk modus adalah;


Contoh                                                                                                nilai modus
Kelas

Frekuensi
Frek. Kumulatif
16 – 23
10
10
24 – 31
17
27
32 – 39
7
34
40 – 47
10
44
48 – 55
3
47
56 – 63
3
50
S
50
----


23,5
   17-10 = 7
   17-7 = 10
  31,5-23,5 = 8

                = 23,5 +7/(7+10)*8
                = 23,5+0,41*8
                = 23,5+3,29
                = 26,79 =26,8

2.2.4        Fraktil

Fraktil adalah nilai –nilai data yang membagi seperangkat data yang telah terurut menjadi beberapa bagian yang sama.

2.2.5        Kuartil

Kuartil adalah suatu harga yang membagi histogram frekuensi menjadi 4 bagian yang sama atau Nilai yang membagi gugus data yang telah tersortir (ascending) menjadi 4 bagian yang sama besar, sehingga disini akan terdapat 3 harga kuartil yaitu kuartil I ( K1), kuartil II (K2) dan kuartil III (K3), dimana harga kuarti II sama dengan harga median.

Kelas Kuartil ke-q  didapatkan  dengan membandingkan Letak Kuartil ke-q dengan Frekuensi Kumulatif

Kuartil ke-q  =   TBB Kelas Kuartil ke-q + i
atau
Kuartil ke-q  =   TBA Kelas Kuartil ke-q - i
                        q          : 1,2 dan 3
di mana :         TBB    : Tepi Batas Bawah
s         : selisih antara Letak Kuartil ke-q dengan Frekuensi   Kumulatif  sebelum kelas Kuartil ke-q    
                        TBA    : Tepi Batas Atas
                           s’      : selisih antara Frekuensi Kumulatif sampai kelas     Kuartil ke-q dengan Letak Kuartil ke-q
                           i        : interval kelas
                           f Q     : Frekuensi kelas Kuartil ke-q

                        Contoh : Tentukan Kuartil ke-3 
Kelas
Frekuensi
Frek. Kumulatif
16 – 23
10
10
24 – 31
17
27
32 – 39
7
34
40 – 47
10
44
48 – 55
3
47
56 – 63
3
50
S
50
----

                                                            Kelas Kuartil ke-3      

interval = i = 8
Letak Kuartil ke-3 =  =  = 37.5
Kuartil ke-3 = Data ke-37.5 terletak di kelas 40 - 47
 \Kelas Kuartil ke-3  = 40 - 47
TBB Kelas Kuartil ke-3 = 39.5                       dan      TBA Kelas Kuartil ke-3 = 47.5

f Q3 = 10

Frek. Kumulatif sebelum Kelas Kuartil ke-3 = 34      ®        s  = 37.5 - 34 = 3.5
Frek. Kumulatif sampai   Kelas Kuartil ke-3 = 44      ®        s’ = 44 - 37.5 =6.5
Kuartil ke-3     =         TBB Kelas Kuartil ke-3 + i
=          39.5 + 8  =  39.5 +  8 (0.35) 
=          39.5 + 2.8                    =  42.3
Kuartil ke-3     =         TBA Kelas Kuartil ke-3 - i

=          47.5 - 8  =  47.5 -  8 ( 0.65)
=          47.5 - 5.2                     =  42.3

2.2.6        Desil

Untuk kelompok data dimana n ≥ 10, dapat ditentukan 9 nilai bagian yang sama, misalnya D1, D2, … Q9, artinya setiap bagian mempunyai jumlah observasi yang sama, sedemikian rupa sehingga nilai 10% data/observasi sama atau lebih kecil dari D1, nilai 20% data/observasi sama atau lebih kecil dari D2, dan seterusnya. Nilai tersebut dinamakan desil pertama, kedua dan seterusnya sampai desil kesembilan.Sementara itu pengertian dari Desil sendiri adalah Nilai yang membagi gugus data yang telah tersortir (ascending) menjadi 10 bagian yang sama besar

Kelas Desil ke-d  didapatkan  dengan membandingkan Letak Desil ke-d dengan Frekuensi Kumulatif
Desil ke-d    =    TBB Kelas Desil ke-d + i
atau
Desil ke-d   =  TBA Kelas Desil ke-d - i
                        d          : 1,2,3...9

di mana :         TBB    : Tepi Batas Bawah
s         : selisih antara Letak Desil ke-d dengan Frekuensi Kumulatif    sebelum kelas Desil ke-d    
                        TBA    : Tepi Batas Atas
                           s’      : selisih antara Frekuensi Kumulatif  sampai kelas  Desil ke-d dengan Letak Desil ke-d
                           i        : interval kelas
                           f D     : Frekuensi kelas Desil ke-d
Contoh : Tentukan Desil ke-9
Kelas
Frekuensi
Frek. Kumulatif
16 – 23
10
10
24 – 31
17
27
32 – 39
7
34
40 – 47
10
44
48 – 55
3
47
56 - 63
3
50
S
50
----

                                           Kelas Desil ke-9
interval = i = 8
Letak Desil ke-9 =  =  = 45

Desil ke-9 = Data ke-45 terletak di kelas 48 - 55
 \Kelas Desil ke-9  = 48 - 55

TBB Kelas Desil ke-9 = 47.5              dan      TBA Kelas Desil ke-9 = 55.5

f D9 = 3
Frek. Kumulatif sebelum Kelas Desil ke-9 = 44         ®        s  = 45 - 44  = 1
Frek. Kumulatif sampai Kelas Desil ke-9 = 47           ®        s’ = 47 - 45  = 2
Desil ke-9        =         TBB Kelas Desil ke-9 + i
=          47.5 + 8    =  47.5 +  8 (0.333...) 
=          47.5 + 2.66...   =          50.166... 

Desil ke-9        =          TBA Kelas Desil ke-9 - i
                        =          55.5 - 8    =  47.5 -  8 ( 0.666...) 
=          55.5 -5.33...     =  50.166... 
2.2.7        Persentil

Persentil adalah Nilai yang membagi gugus data yang telah tersortir (ascending) menjadi 100 bagian yang sama besar .Untuk kelompok data dimana n ≥ 100, dapat ditentukan 99 nilai, P1, P2, … P99, yang disebut persentil pertama, kedua dan ke-99, yang membagi kelompok data tersebut menjadi 100 bagian,masing-masing mempunyai bagian dengan jumlah observasi yang sama, dan sedemikian rupa sehingga 1% data/observasi sama atau lebih kecil dari P1, 2% data/observasi sama atau lebih kecil dari P2.
Kelas Persentil ke-p  didapatkan  dengan membandingkan Letak Persentil ke-p dengan Frekuensi Kumulatif
Persentil ke-p =  TBB Kelas Persentil ke-p + i
atau
Persentil ke-p =TBA Kelas Persentil ke-p - i
                        p          : 1,2,3...99
di mana :         TBB    : Tepi Batas Bawah
                          s         : selisih antara Letak Persentil ke-p dengan Frekuensi
  Kumulatif sebelum kelas Persentil ke-p    
TBA    : Tepi Batas Atas
                           s’      : selisih antara Frekuensi Kumulatif sampai kelas Persentil ke-p dengan Letak Persentil ke-p
                           i        : interval kelas
                           f P     : Frekuensi kelas Persentil ke-p

Contoh : Tentukan Persentil ke-56
Kelas
Frekuensi
Frek. Kumulatif
16 – 23
10
10
24 – 31
17
27
32 – 39
7
34
40 – 47
10
44
48 – 55
3
47
56 – 63
3
50
S
50
----

                             Kelas Persentil ke-56

interval = i = 8
Letak Persentil ke-56 =  =  = 28
Persentil ke-56 = Data ke-28 terletak di kelas 32 - 39
 \Kelas Persentil ke-56 = 32 - 39
TBB Kelas Persentil ke-56 = 31.5      dan      TBA Kelas Persentil ke-56 = 39.5
f P56 = 7
Frek. Kumulatif sebelum Kelas Persentil ke-56 = 27 ®        s  = 28 - 27 = 1
Frek. Kumulatif sampai Kelas Persentil   ke-56 = 34 ®        s’ = 34 - 28 = 6
Persentil ke-56            =  TBB Kelas Persentil ke-56 + i
=  31.5 + 8 
=  31.5 +  8(0.142...) 
=  31.5 + 1.142..         
=   32.642...
Persentil ke-56            = TBA Kelas Persentil ke-56 - i
                                    = 39.5 - 8 
=  39.5 -  8 (0.857...)
=  39.5 - 6.857...         
=  32.642... 
2.3  Ukuran Variasi ( Dispersi )

Ukuran Variasi ( Dispersi ) Merupakan ukuran penyebaran suatu kelompok data terhadap pusat data.sering juga disebut sebagai keragaman data.

2.4  Penyimpangan
2.4.1        Range (Jangkauan)

Range merupakan selisih antara nilai data terbesar dengan data terkecil dari sekelompok data.
Rumusannya adalah R = Nilai maksimal – Nilai minimal



2.4.2        Mean Deviation (Simpangan Rata – Rata)

Simpangan Rata-Rata (Sr) : Yang dimaksud dengan simpangan (deviation) adalah selisih antara nilai pengamatan ke-i dengan nilai rata-rata, atau antara xi dengan X (X Rata-Rata) Penjumlahan daripada simpangan-simpangan dalam pengamatan kemudian dibagi dengan jumlah pengamatan, n, disebut dengan simpangan rata-rata.

Dalam setiap nilai Xi akan mempunyai simpangan sebesar xi - X. Karena nilai xi bervariasi di atas dan di bawah nilai rata-ratanya maka jika nilai simpangan tersebut dijumlahkan akan sama dengan “nol”. Untuk dapat menghitung rata-rata dari simpangan tersebut maka nilai yang diambil adalah nilai “absolut” dari simpangan itu sendiri, artinya tidak menghiraukan apakah nilai simpangan tersebut positif (+) atau negatif (-).an rata-rata

            Untuk perumusan Simpangan Rata-rata data yang dikelompokkan adalah
         

2.4.3        Variansi ( Variance)

Variansi (variance) adalah rata-rata kuadrat selisih atau kuadrat simpangan dari semua nilai data terhadap rata-rata hitung. Varians untuk sampel dilambangkan dengan S2. Sedangkan untuk populasi dilambangkan dengan toh kuadrat.
Untuk perumusan Variansi sendiri adalah



2.4.4        Simpangan Baku ( Standart Deviation)

Standar deviasi (standard deviation) adalah akar pangkat dua dari variansi. Standar deviasi seringkali disebut sebagai simpangan baku.

2.4.5        Jangkauan Kuartil

Jangkauan Kuartil atau simpangan kuartil adalah setengah dari selisih antara kuartil atas (Q3) dengan kuartil bawah (Q1). Disebut juga simpangan kuartilDengan rumus :
JK=1/2 (Q3-Q1)
   
2.4.6        Jangkauan persentil

Jangkauan Persentil adalah selisih antara persentil ke-90 dengan persentil ke-10. Dengan rumus :
JP (10-90) = P90-P10


2.5  Menentukan Ukuran Statistik Deskriptif Menggunakan Excel


Langkah-langkahnya:
·          Ketik data pada kolom A seperti contoh di atas.
·         Pilih menu Tools pada menu utama.
·         Pilih Data Analysis.
·         Pilih Deskriptive Statistics pada daftar Analysis Tools lalu klik OK
Ketika Box Dialog muncul:
o   Ketik A2…A21 pada kotak Input Range
o   Ketik C1 pada kotak Output Range dan pilih Summary Statistics dan klik OK


2.6  Badan Pusat Statistika
2.6.1        Pengertian Badan Pusat Statistika

Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sebelumnya, BPS merupakan Biro Pusat Statistik, yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan UU Nomer 7 Tahun 1960 tentang Statistik. Sebagai pengganti kedua UU tersebut ditetapkan UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. Berdasarkan UU ini yang ditindaklanjuti dengan peraturan perundangan dibawahnya, secara formal nama Biro Pusat Statistik diganti menjadi Badan Pusat Statistik.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen di Indonesia yang mempunyai fungsi pokok sebagai penyedia data statistik dasar, baik untuk pemerintah maupun untuk masyarakat umum, secara nasional maupun regional dan yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sebelumnya, BPS merupakan Biro Pusat Statistik, yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan UU Nomer 7 Tahun 1960 tentang Statistik. Sebagai pengganti kedua UU tersebut ditetapkan UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. Berdasarkan UU ini yang ditindaklanjuti dengan peraturan perundangan dibawahnya, secara formal nama Biro Pusat Statistik diganti menjadi Badan Pusat Statistik.
Materi yang merupakan muatan baru dalam UU Nomor 16 Tahun 1997, antara lain :  
·         Jenis statistik berdasarkan tujuan pemanfaatannya terdiri atas statistik dasar yang sepenuhnya diselenggarakan oleh BPS, statistik sektoral yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah secara mandiri atau bersama dengan BPS, serta statistik khusus yang diselenggarakan oleh lembaga, organisasi, perorangan, dan atau unsur masyarakat lainnya secara mandiri atau bersama dengan BPS.
·         Hasil statistik yang diselenggarakan oleh BPS diumumkan dalam Berita Resmi Statistik (BRS) secara teratur dan transparan agar masyarakat dengan mudah mengetahui dan atau mendapatkan data yang diperlukan.
·         Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.
·         Dibentuknya Forum Masyarakat Statistik sebagai wadah untuk menampung aspirasi masyarakat statistik, yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada BPS
Berdasarkan undang-undang yang telah disebutkan di atas, peranan yang harus dijalankan oleh BPS adalah sebagai berikut :  
·         Menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat. Data ini didapatkan dari sensus atau survey yang dilakukan sendiri dan juga dari departemen atau lembaga pemerintahan lainnya sebagai data sekunder
·         Membantu kegiatan statistik di departemen, lembaga pemerintah atau institusi lainnya, dalam membangun sistem perstatistikan nasional.
·         Mengembangkan dan mempromosikan standar teknik dan metodologi statistik, dan menyediakan pelayanan pada bidang pendidikan dan pelatihan statistik.
·         Membangun kerjasama dengan institusi internasional dan negara lain untuk kepentingan perkembangan statistik Indonesia.

2.6.2        Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data sangat menentukan seberapa jauh tingkat keakuratan dan ketepatan data statistik yang dihasilkan. BPS merupakan instansi perintis dalam penggunaan komputer karena telah memulai menggunakannya sejak sekitar 1960. Sebelum menggunakan komputer, BPS menggunakan kalkulator dan alat hitung sipoa dalam mengolah data.
Teknologi komputer yang diterapkan di BPS selalu disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi dan juga mengacu kepada kebutuhan. Personal komputer yang secara umum lebih murah dan efisien telah dicoba digunakan untuk menggantikan mainframe. Sejak 1980-an, personal komputer telah digunakan di seluruh kantor BPS provinsi, diikuti dengan penggunaan komputer di seluruh BPS kabupaten dan kota sejak 1992.
Dengan menggunakan personal komputer, kantor statistik di daerah dapat segera memproses pengolahan data, yang merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari pengumpulan data, kemudian memasukkan data mentah ke dalam komputer dan selanjutnya data tersebut dikirim ke BPS pusat untuk diolah menjadi data nasional.
Pengolahan data menggunakan personal komputer telah lama menjadi contoh pengolahan yang diterapkan oleh direktorat teknis di BPS pusat, terutama jika direktorat tersebut harus mempublikasikan hasil yang diperoleh dari survei yang diselenggarakan.
Pengolahan data Sensus Penduduk tahun 2000 telah menggunakan mesin scanner, tujuannya untuk mempercepat kegiatan pengolahan data. Efek positif dari penggunaan komputer oleh direktorat teknis yaitu selain lebih cepat, juga dapat memotivasi pegawai yang terlibat turut bertanggung jawab untuk menghasilkan sebanyak mungkin data statistik dan indikator secara tepat waktu dan akurat dibanding sebelumnya. Selain itu, penggunaan computer sangat mendukung BPS dalam menghasilkan berbagai data statistik dan indikator-indikator yang rumit seperti kemiskinan, Input-Output (I-O) table, Social Accounting Matrix (SAM), dan berbagai macam indeks komposit dalam waktu yang relatif singkat.
Pada 1993, BPS mulai mengembangkan sebuah sistem informasi statistik secara geografis khususnya untuk pengolahan data wilayah sampai unit administrasi yang terkecil yang telah mulai dibuat secara manual sejak 1970. Data wilayah ini dibuat khususnya untuk menyajikan karakteristik daerah yang menonjol yang diperlukan oleh para perumus kebijakan dalam perencanaan pembangunan.
Dalam mengolah data, BPS juga telah mengembangkan berbagai program aplikasi untuk data entry, editing, validasi, tabulasi dan analisis dengan menggunakan berbagai macam bahasa dan paket komputer. BPS bertanggung jawab untuk mengembangkan berbagai perangkat lunak komputer serta mentransfer pengetahuan dan keahliannya kepada staf BPS daerah.
Pembangunan infrastruktur teknologi informasi di BPS didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai yaitu mengikuti perkembangan permintaan dan kebutuhan dalam pengolahan data statistik; melakukan pembaharuan/inovasi dalam hal metode kerja yang lebih baik serta memberikan kemudahan kepada publik dalam mendapatkan informasi statistik.

2.6.3        Sensus Penduduk

Perencanaan yang baik merupakan pijakan awal untuk menentukan arah kebijakan yang strategis melalui penetapan program dan kegiatan yang tepat. Salah satu kunci keberhasilan perencanaan adalah tersedianya data dan statistik yang andal dan terpercaya. Data dan statistik yang berkualitas merupakan rujukan bagi semua pihak dalam memformulasikan kebijakan, melakukan pemantauan/monitoring, dan mengevaluasi program agar sasaran kegiatan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
 peraturan pemerintah (No.6/1960; No.7/1960) Sensus penduduk dilaksanakan setiap sepuluh tahun. Dalam pelaksanaannya, sensus penduduk menggunakan dua tahap, yaitu pencacahan lengkap dan pencacahan sampel.informasi yang lebih lengkap dikumpulkan dalam pencacahan sampel.
Survey penduduk antar sensus dilaksanakan di pertengahan periode antara dua sensus penduduk. Rumah tangga terpilih di wawancarai guna mendapatkan informasi mengenai kondisi kependudukan misalnya fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Pendekatan de jure dan de facto diterapkan untuk mencakup semua orang dalam area pencacahan. Mereka yang mempunyai tempat tinggal tetap didekati dengan pendekatan de jure,dimana mereka dicatat sesuai dengan tempat tinggal mereka secara formal, sedangkan mereka yang yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap didekati dengan pendekatan de facto dan dicatat dimana mereka berada.
            Sensus penduduk dan registrasi penduduk mencakup semua wilayah geografi Indonesia.Pada sensus penduduk 1971, informasi lengkap dikumpulkan dari 3.8 persen dari total rumah tangga kecuali timor timur, dimana pada tahun 1980 dan 1990 informasi yang sama dikumpulkan dari 5 persen dari total rumah tangga atau sekitar 2 juta rumah tangga.
Pada tahun 1976, survei penduduk antar sensus mencakup sekitar 60 733 rumah tangga dari 26 propinsi, sementara pada tahun 1985 jumlah dari rumah tangga yang terpilih adalah 125 400 dari 27 propinsi di Indonesia.
Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia (1987) mencakup 14000 rumah tangga. Propinsi dibagi ke dalam tiga tipe yaitu Jawa Bali, luar Jawa Bali I (DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan), dan bagian dari luar Jawa Bali II (Riau, Bengkulu, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (1991 dan 1994) mencakup 27 propinsi. Jumlah dari rumah tangga terpilih secara berturut- turut adalah 28 000 dan 35 400.






















BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1  Pengambilan Data Sekunder
3.1.1        Sensus jumlah penduduk wanita di propinsi Jakarta
Jumlah penduduk wanita berdasarkan kelompok umur di Jakarta tahun 2005
Batas Kelas Umur
Frekuensi
0-4
356.280
05-09
358.462
10-14
383.828
15-19
431.195
20-24
555.985
25-29
547.962
30-34
456.943
35-39
368.030
40-44
316.250
45-49
235.221
50-54
190.275
55-59
132.663
TOTAL
4.333.094
     







                             


Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta

3.2  Pengolahan Data Sekunder
Berdasarkan Pengambilan Data Sekunder pada jumlah penduduk wanita berdasarkan kelompok umur di propinsi daerah Istimewa Jakarta pada,maka dapat kita cari ukuran gejala pusatnya :
Diketahui : Pengambilan data sekunder sebagai berikut jumlah penduduk wanita berdasarkan kelompok umur di daerah istimewa Jakarta tahun 2005
Batas Kelas Umur
Frekuensi
0-4
356.280
05-09
358.462
10-14
383.828
15-19
431.195
20-24
555.985
25-29
547.962
30-34
456.943
35-39
368.030
40-44
316.250
45-49
235.221
50-54
190.275
55-59
132.663
TOTAL
4.333.094
     







                             


Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta
Di tanyakan :
1.      Berapakah Mean (Rata-rata hitung ) dari data tersebut?
2.      Berapakah Median (Nilai Tengah ) dari data tersebut?
3.      Berapakah Modus (Data Yang Sering Muncul) dari data tersebut?
4.      Carilah Kuartil ke-3 dari data tersebut !
5.      Hitung nilai Range!
6.      Hitunglah simpangan rata-rata!
7.      Hitunglah Variansi (variance)!
8.      Hitunglah Standar deviasi (standard deviation)!

3.3  Pembahasan  Soal
Untuk menyelesaikan soal-soal diatas maka lebih baik kita mengurutkan melengkapi data table dengan Nilai Tengah Kelas (titik tengah) agar dapat memudahkan mencari nilai median,modus, kuartil,dan seperti berikut;

f
M
fkk
f*m
0
-
4
356.280
2
356.280,00
712.560
5
-
9
358.462
7
714.742,00
2.509.234
10
-
14
383.828
12
1.098.570,00
4.605.936
15
-
19
431.195
17
1.529.765,00
7.330.315
20
-
24
555.985
22
2.085.750,00
12.231.670
25
-
29
547.962
27
2.633.712,00
14.794.974
30
-
34
456.943
32
3.090.655,00
14.622.176
35
-
39
368.030
37
3.458.685,00
13.617.110
40
-
44
316.250
42
3.774.935,00
13.282.500
45
-
49
235.221
47
4.010.156,00
11.055.387
50
-
54
190.275
52
4.200.431,00
9.894.300
55
-
59
132.663
57
4.333.094,00
7.561.791
TOTAL


112.217.953
           
            Jawab;
Mean
=
112.217.953
=    25,9
4.333.094



1.      Mean (Rata-rata hitung)




2.      Median (Nilai Tengah)

Mencari nilai median 4.333.094/2 = 2.166.547
 
23,5
1.654.572
547.962
5
Med = 23,5 + (((4.333.094/2)-1.654572):547962)*   5
        =23,5 + 0,93 * 5
        = 23,5 + 4,65
        = 28,15
3.      Modus (Data Yang Sering Muncul)
19,5
555.985 - 431.195 = 124.790
555.985 - 547.962 = 8.023
23,5 - 18,5 = 5
Modus = 19,5 + (124.790/(124.790+8.023))*5
            = 19,5 + 0,94 * 5
            = 19,5 + 4,7
            = 24,20

4.      Kuartil ke 3
interval = i = 5
Letak Kuartil ke-3 =  =  = 3.249.820,5
Kuartil ke-3 = Data ke-37.5 terletak di kelas  35 - 39
 \Kelas Kuartil ke-3  = 35 - 39
TBB Kelas Kuartil ke-3 = 34,5                 dan      TBA Kelas Kuartil ke-3 = 39,5

f Q3 = 368.030

Frek. Kumulatif sebelum Kelas Kuartil ke-3 =  3.090.655,00     
®  s  = 3.249.820,5 – 3.090.655,00 = 159.165,50

Frek. Kumulatif sampai   Kelas Kuartil ke-3 = 3.458.685,00
®  s’ = 3.458.685,00 - 3.249.820,5  = 208.864,50



Kuartil ke-3           =         TBB Kelas Kuartil ke-3 + i
=    34,5  +  5         
=    34,5 +  5(0,43) 
=    34,5 + 2,15                 
=     36,65


Kuartil ke-3           =         TBA Kelas Kuartil ke-3 - i

=    39,5   -  5        
=    39,5  -  45( 0,57)
=    39,5  -  2,85                
=     36,65
5.      Range
Range = Nilai Maksimal – Nilai Minimal
           =
6.      Simpangan rata-rata
  SR =
  = 1/4.333.094 ((356.280|2-25,9|) + (358.462|7-25,9|) + (383.828|12-25,9|) +   (431.195|17-  25,9|) + (555.985|22-25,9|) + (547.962|27-25,9|) + (456.943|32-25,9|) + (368.030|37-25,9|) + (316.250|42-25,9|) + (235.221|47-25,9|) + (190.275|52-25,9|) + (132.663|57-25,9|)
= 1/4.333.094 ((356.280*23,9) + (358.462*18,9) + (383.828*13,9) + (431.195*8,9) + (555.985*3,9) + (547.962*1,1) + (456.943*6,1) + (368.030*11,1) + (316.250*16,1) + (235.221*21,1)  +  (190.275*26,1) + (132.663*31,1)
=1/4.333.094(8.515.092+6.774.932+5.335.209+3.837.636+2.168.342+602.758+2.787.352+4.085.133+5.091.625+4.963.163+4.966.178+4.125.819)
=1/4.333.094*53.253.238
=12,3

7.      Variansi (variance)
   = 1/4.333.094-1 ((356.280(2-25,9)²) + (358.462(7-25,9) ²) + (383.828(12-25,9) ²) +   (431.195(17-  25,9) ²) + (555.985(22-25,9) ²) + (547.962(27-25,9) ²) + (456.943(32-25,9) ²) + (368.030(37-25,9) ²) + (316.250(42-25,9) ²) + (235.221(47-25,9) ²) + (190.275(52-25,9) ²) + (132.663(57-25,9) ²)
S²= 1 / 4.333.093 (203.510.698,8 + 128.046.211 + 74.159.407,9 + 34.154.956 + 8.456.531,8 + 663.034 + 17.002.849 + 45.344.976,3 + 81.975.162,5 + 104.722.741,4 + 129.617.232,8 + 128.312.980,2
S² = 1 / 4.333.093 * 955.966.781,7
S² = 220,6

8.      Standar deviasi (standard deviation)
220,6
*1424,6




















BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1  Kesimpulan
Berdasarkan pengambilan data sekunder diatas maka dapat kita ambil kesimpulan yaitu :
Mean
=
112.217.953
=    25,9
4.333.094



4.1.1        Mean (Rata-rata hitung)

Mean (Rata – Rata Hitung ) = 25,9


4.1.2        Median (Nilai Tengah)
Mencari nilai median 4.333.094/2 = 2.166.547
 
23,5
4.333.094
1.654.572
547.962
5
Med = 23,5 + (((4.333.094/2)-1.654572):547962)*   5
        =23,5 + 0,93 * 5
        = 23,5 + 4,65
        = 28,15

4.1.3        Modus (Data Yang Sering Muncul)
19,5
555.985 - 431.195 = 124.790
555.985 - 547.962 = 8.023
23,5 - 18,5 = 5
Modus = 19,5 + (124.790/(124.790+8.023))*5
                  = 19,5 + 0,94 * 5
                  = 19,5 + 4,7
                  = 24,20
4.1.4        Kuartil ke 3
interval = i = 5
Letak Kuartil ke-3 =  =  = 3.249.820,5
Kuartil ke-3 = Data ke-37.5 terletak di kelas  35 - 39
 \Kelas Kuartil ke-3  = 35 - 39
TBB Kelas Kuartil ke-3 = 34,5                       dan      TBA Kelas Kuartil ke-3 = 39,5
f Q3 = 368.030
Frek. Kumulatif sebelum Kelas Kuartil ke-3 =  3.090.655,00           
®        s  = 3.249.820,5 – 3.090.655,00 = 159.165,50
Frek. Kumulatif sampai   Kelas Kuartil ke-3 = 3.458.685,00
®        s’ = 3.458.685,00 - 3.249.820,5  = 208.864,50
Kuartil ke-3     =         TBB Kelas Kuartil ke-3 + i
=          34,5  +  5         
=          34,5 +  5(0,43) 
=          34,5 + 2,15                 
=           36,65
Kuartil ke-3     =         TBA Kelas Kuartil ke-3 - i
=          39,5   -  5        
=          39,5  -  45( 0,57)
=          39,5  -  2,85                
=           36,65
4.1.5        Range =
4.1.6        Simpangan rata-rata
SR = 12,3
4.1.7        Variansi (variance)
S² = 220,6
4.1.8        Standar deviasi (standard deviation)
*1424,6





DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M. Iqbal.1999. Pokok-pokok Materi Statistik. Jakarta : Bumi Aksara.
Irianto, Agus. 2004. Statistika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : PT Tar