+++ ARJUNA +++: bahaya dari susu
SELAMAT DATANG DI BLOGKU " ARJUNA"

tulisan arjun

Senin, 07 Mei 2012

bahaya dari susu

Selain Manusia, tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih terus minum susu. Coba saja perhatikan kambing, sapi, kerbau, Kucing, anjing, kelinci atau Hewan apa pu.”Ketika mereka sudah bukan kanak-kanak (dewasa), mereka tidak ada yang minum susu lagi.. Mengapa manusia menyalahi perilaku hukum yang alami seperti itu?

Ini semua gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya,” ujar Prof Dr Hiromi Shinya, seperti yang ditulis dalam bukunya yang kini sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim. ) Kabar baiknya, buku ini sekarang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama.

Menurut
Prof Dr Hiromi Shinya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana layaknya anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Faktanya memang tidak ada anak sapi minum susu manusia, katanya.

Lalu mengapa minum susu dianggap hal yang paling buruk untuk manusia? Bahkan, menurutnya susu sapi adalh salah satu penyebab terjadinya pengeroposan tulang manusia (osteoporosis).

'Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika diminum dan masuk ke mulut ia akan langsung mengalir ke kerongkongan. Karena cepatnya mengalir ke kerongkongan, susu tidak sempat lagi berinteraksi dengan enzim yang diproduksi oleh mulut kita. Akibat tidak bercampur dengan enzim, maka tugas usus akan semakin berat. Dan begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna.'

Nah, karena sulit dicerna, tubuh kita terpaksa mengeluarkan cadangan “enzim induk” yang seharusnya lebih baik dihemat.

Enzim induk itu seharusnya hanya untuk pertumbuhan tubuh kita, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, maka para penggemar susu setelah dewasa justru akan lebih mudah terkena pengeroposan tulang atau osteoporosis.

Profesor Hiromi tentu tidak asal bicara atau hanya mencari sensasi. Dia adalah salah satu ahli usus yang terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Sekarang dia sudah berumur lebih dari 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran.

Dia juga sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia di Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika tapi kelahiran Jepang. Selama kariernya sebagai dokter ahli usus dia terus saja mondar mandir di antara Amerika dan Jepang untuk melakukan riset dan pengobatan.

Dan setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan bagian dalamnya usus manusia dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti memiliki kebiasaan makan atau minum yang tidak bermutu.

Menurutnya yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain adalah susu dan daging.

Dia memperlihatkan kepada pasiennya alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang terbiasa makan makanan/minuman yang buruk seperti susu dan daging. Benjol-benjol, luka-luka, bisul- bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang.

Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.

Karena tugas usus adalah menyerap semua makanan, maka tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kelelahan, tapi sari makanan yang diserap tubuhpun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh menjadi kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua.

Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan banyak penyakit lagi.

Oleh Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia memberi contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak “lomba lari” oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging,ketahanan larinya lebih hebat.

Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna.

Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.

Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus! dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot.

Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi “modal” oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam “lumbung enzim- induk”. Enzim-induk ini setiap hari  dikeluarkan dari “lumbung”-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim  sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk.

Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing. Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.

Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.

Apa saja makanan yang direkomendasikan?  Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim.

Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh- sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda.

Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan “pengobatan” seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan “pengobatan” alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan.

Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus.

Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya. Saya mencoba mengikuti saran buku ini sebulan terakhir ini. Tapi, baru bisa 50 persennya. Entah, persentase itu akan bisa naik atau justru turun lagi sebulan ke depan.

Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah.

sumber :

Sumber : http://goodchoise.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar